2024-09-20
1. Selama proses penyadapan, tangan operator memberikan gaya yang tidak merata sehingga menyebabkan arah gaya berubah dan keran putus. Situasi ini sering terjadi pada pemrosesan benang dengan diameter lebih kecil.
2. Diameter lubang bawah tidak sesuai dengan keran mur. Misalnya, saat memproses ulir M5×0,5, lubang bawah harus dibor dengan mata bor Ø4,5 mm. Jika mata bor Ø4,2 mm yang cocok untuk M5 digunakan secara tidak sengaja untuk pemrosesan, diameter lubang menjadi lebih kecil dan tidak sesuai dengan keran, dan torsi pasti akan meningkat. Pada saat ini, jika operator masih tidak menemukan bahwa mata bor yang digunakan salah dan terus melakukan penyadapan paksa, keran mur pasti akan putus.
3. Saat memproses benang lubang buta, ketikakacangkran hendak menyentuh dasar lubang, operator tidak menyadarinya dan tetap mengumpankan dengan kecepatan sadapan sebelum mencapai dasar lubang, mau tidak mau kran akan pecah.
4. Saat memproses ulir lubang buta, jika beberapa chip tidak habis tepat waktu dan mengisi dasar lubang, jika operator terus mengetuk secara paksa, keran pasti akan pecah.
5. Kualitas keran sendiri yang bermasalah juga menjadi salah satu penyebab pecahnya keran saat penyadapan.
6. Pada awal penyadapan, posisi keran tidak tepat, yaitu sumbunyakacangkeran tidak konsentris dengan garis tengah lubang bawah, dan torsi yang terlalu besar pada saat penyadapan menjadi penyebab utama pecahnya keran. Ujung depan keran mur manual yang digunakan saat ini berbentuk kerucut, dan permukaan kerja awalnya bersentuhan langsung dengan lubang bawah. Konsentrisitas keran dan lubang bawah bergantung sepenuhnya pada keterampilan dan pengalaman operator dalam merawatnya, dan keran harus diputar dengan kedua tangan sambil menekan. Begitu banyak konten yang harus diperhitungkan dan dijalankan secara bersamaan. Bahkan teknisi senior dengan tingkat teknis yang baik pun tidak selalu dapat menguasai pengoperasian penyadapan manual secara akurat.